Halloween party ideas 2015
Tampilkan postingan dengan label Hidayah. Tampilkan semua postingan

Go Ihsan - “Awalnya aku tak tahu Alquran itu sesuatu yang agung. Aku membacanya karena berpikir di dalamnya ada pengetahuan tentang budaya Arab. Itu terjadi sebelum aku melakukan perjalanan ke Maroko,” ujar Joel Underwood, pria Inggris yang tinggal di Kota Manchester. Ia tersenyum geli ketika mengawali kisah perjalanannya menuju hidayah Islam. Betapa tidak, ia kala itu menyangka Alquran sebagai buku panduan wisata. Namun, berkat ‘kebodohan’-nya itu, Joel justru menemukan hidayah.

Joel dibesarkan dalam keluarga Kristen. Demi menjadi seorang Kristiani yang taat, ia sangat rajin membaca dan memahami Alkitab. “Jika saya membaca Alkitab, saya akan membacanya dengan sangat hati-hati dan kritis dalam memahami isinya.”
Hingga beranjak dewasa, ia terus berusaha menjadi hamba yang taat. Kala itu, ia sama sekali tak mengenal agama Islam. ”Saya tak tahu apa pun tentang Islam. Tak kenal satu pun Muslim,” ujar pria yang bekerja sebagai konsultan keuangan tersebut.

Saat menjadi mahasiswa di Amerika Serikat (AS) pun, ia belum mengenal agama rahmatan lil ‘alamin ini. Kampusnya yang berlokasi di wilayah timur laut AS didominasi warga kulit putih yang banyak berasal dari Inggris. Keragaman etnis dan agama sangat minim di sana. Maka, sangat kecil peluangnya untuk mengenal Islam. ”Saya mengenal Islam benar-benar dengan perjalanan saya sendiri yang muncul dengan cara yang bahkan tak pernah bisa saya bayangkan,” ujar Joel.
Jadi, bagaimana Joel mengenal Islam? Peristiwa kelam 11 Septemberlah yang menjadi titik tolaknya. Menyusul tragedi itu, ia mulai mendengar desas-desus mengenai Islam dan Muslim. Namun saat itu, ia belum ada keinginan sedikit pun untuk mencari tahu tentang Islam.
Keinginan untuk lebih memahami Islam mulai muncul ketika Joel berencana melakukan perjalanan ke Maroko. Saat itu, ia mencari referensi yang dapat memberikannya petunjuk umum tentang Maroko. Anehnya, Joel bukannya membaca buku panduan wisata, melainkan justru membaca Alquran.
“Saya pikir dari situ akan menemukan sedikit tentang budaya sebuah negara Islam dan tahu bagaimana harus bersikap. Saat itu, saya tidak tahu kandungan Alquran dan pesan yang terkandung di dalamnya karena saya belum pernah melihat kitab ini sebelumnya,” kata Joel sembari tersenyum lebar.
Di luar dugaannya, begitu membaca Alquran, Joel langsung jatuh hati dan ingin mempelajarinya. Lucunya, setelah enam bulan membacanya, Joel baru tahu bahwa Alquran merupakan Kitab Suci umat Islam. “Saya tahu itu buku agama, tapi saya tidak menyangka bahwa itu adalah Kitab Suci umat Islam karena saya tidak pernah melihat sebelumnya. Aku juga tidak tahu bahwa Alquran ternyata ‘nyambung’ dengan sejarah Kristen atau Yahudi. Aku tidak tahu bagaimana semuanya berkaitan.”
Makin penasaran
Saat di Maroko, Joel makin penasaran dengan Alquran. Ketika berkunjung ke berbagai tempat di Maroko, Joel yang melancong bersama sang istri merasa terus ingin membaca Kitabullah. Joel tak tahu mengapa bisa begitu. Hal yang pasti, ketika pertama kali membaca Alquran, ia telah terpesona dengan kekayaan isinya.
Ketika pulang dari Maroko, Joel memutuskan untuk lebih banyak mempelajari Alquran. Suatu kali ketika berjalan-jalan di Kota New Hampshire, ia melihat sebuah iklan penggalangan dana yang dibuat sebuah yayasan Islam. Ia sudah lupa nama yayasan itu. Dan yang jelas, Joel langsung menghubungi yayasan itu dengan tujuan mengenal Islam. ”Saya tidak tahu yayasan itu, tapi saya pikir ini adalah salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengetahui tentang Islam,” kata Joel.
Singkat cerita, yayasan tersebut membuat Joel mengenal beberapa orang. Merekalah yang kemudian memberikan beberapa informasi tentang Islam. Dari mereka pula, Joel kemudian mengenal seorang Muslim yang kemudian menunjukkannya pada Masjid New Hampshire. Di sanalah, Joel kemudian mempelajari Alquran.
Tak menyia-nyiakan informasi itu, segera saja Joel menuju masjid itu. Saat tiba di sana, ia merasa senang karena disambut dengan baik. Tak ada sedikit pun prasangka negatif dari Muslimin terhadapnya. ”Tak ada orang berkata, ‘apa yang kaulakukan di sini?’ Atau ‘Anda tidak cocok di sini’.” “Mereka sangat ramah dan mendukungku. Mereka justru mendatangi saya dan menanyakan ‘bagaimana saya dapat membantu Anda?’ Jadi, aku diterima dengan sangat hangat,” tuturnya bahagia. Tak lama kemudian, Joel pun mengucap syahadat dan memeluk Islam.
Yakin Selalu Istiqamah
Ketika seseorang memutuskan untuk menjadi Muslim, ia harus yakin bahwa Islam akan menjadi pegangan seumur hidup. Jadi, tidak bisa sekadar coba-coba. Hal itu pula yang tertanam di benak Joel ketika hendak berislam. ”Anda tidak bisa mengatakan bahwa saya akan menjadi Muslim selama beberapa tahun saja dan berkata, ‘oh, ini sulit bagi saya’ dan kembali pada keyakinan sebelumnya,” kata Joel.
Menurut dia, banyak mualaf yang masih berpikir seperti itu sehingga mereka sulit mempertahankan hidayah yang telah didapat. Joel yakin, ia bukan tipe mualaf seperti itu. Ia yakin akan selalu istiqamah dengan keislamannya dan menjadi seorang Muslim yang saleh. Di lubuk hatinya terdalam, telah tertanam pula tekad untuk tidak melepaskan hidayah yang telah diperolehnya dengan cara unik dan luar biasa. “Jadi, saya berkomitmen bahwa saya harus memeluk agama ini seumur hidup.’

Go Ihsan - Roger Danuarta masuk Islam segera menghebohkan jagat maya. Namun rupanya artis kelahiran Mei 1982 ini sudah menjadi mualaf sejak dua bulan lalu, tepatnya setelah bulan puasa 2018.

Kala itu Roger mengucapkan dua kalimat syahadat dengan dibimbing oleh Steven Indra Wibowo, Ketua umum Mualaf Center Indonesia. Usai bersyahadat Roger Danuarta tidak ingin langsung go public dengan alasan tertentu.


“Abis Ramadan kemarin dia syahadat. Udah, sama saya. Tapi dia minta jangan divideoin, jangan diposting dan segala macam,” kata Steven Indra Wibowo, Selasa (30/10/2018).

Lambat laun akhir Roger Danuarta mau untuk go public. Ia pun akhirnya menghubungi Steven kembali dengan diwakili crewnya. Namun sayang, Steven sedang berada di luar kota dan tidak bisa menemuinya kembali.

Steven Indra Wibowo mengarahkan Roger Danuarta untuk menghubungi Mualaf Center Indonesia wilayah Bekasi. Ia menyarankan Roger untuk membaca ulang dua kalimat syahadat dengan dilakukan rekam video. Tak hanya itu, pengambilan foto juga dilakukan untuk dibuatkan sertifikat yang sah agar bisa mengubah keterangan agamanya di KTP.

“Sabtu kemarin dia (Roger) minta ke crewnya. Dia minta kalau bisa Senin atau Minggu. Saya bilang nggak bisa, saya di luar kota sampai Kamis,” ujar Steven Indra Wibowo.

“Akhirnya saya kirim Mualaf Center Bekasi. Syahadat ulang di Mualaf center Bekasi. Kita rekam, kita foto, untuk perubahan KTP  kan. Dan dia minta dibimbing sama seorang yang dikenal sama publik,” lanjutnya.

Sampai akhirnya, Steven Indra Wibowo memanggil Ustad Insan Mokoginta untuk membimbing Roger Danuarta. Roger akhirnya membaca ulang dua kalimat syahadat di kediaman Ustaz Insan yang berikatan di Bekasi, Jawa Barat, pada Senin (29/10/2018) malam. [Sumber: Detik]

Go Ihsan -Pada sebuah penelitian ilmiah yang diberitakan oleh sebuah majalah sains terkenal, Journal of Plant Molecular Biologies, menyebutkan bahwa sekelompok ilmuwan yang mengadakan penelitian mendapatkan suara halus yang keluar dari sebagian tumbuhan yang tidak bisa didengar oleh telinga biasa. Suara tersebut berhasil disimpan dan direkam dengan sebuah alat perekam tercanggih yang pernah ada.

Para ilmuwan selama hampir 3 tahun meneliti fenomena yang mencengangkan ini berhasil menganalisis denyutan atau detak suara tersebut sehingga menjadi isyarat-isyarat yang bersifat cahaya elektrik (kahrudhoiyah) dengan sebuah alat canggih yang bernama Oscilloscope. Akhirnya para ilmuwan tersebut bisa menyaksikan denyutan cahaya elektrik itu berulang lebih dari 1000 kali dalam satu detik!!!


Prof. William Brown yang memimpin para pakar sains untuk mengkaji fenomena tersebut mengisyaratkan setelah dicapainya hasil bahwasanya tidak ada penafsiran ilmiah atas fenomena tersebut. Padahal seperti diakui oleh sang profesor bahwa pihaknya telah menyerahkan hasil penelitian mereka kepada universitas-universitas serta pusat-pusat kajian di Amerika juga Eropa, akan tetapi semuanya tidak sanggup menafsirkan fenomena bahkan semuanya tercengng tidak tahu harus berkomentar apa.

Pada kesempatan terakhir, fenomena tersebut dihadapkan dan dikaji oleh para pakar dari Britania, dan di antara mereka ada seorang ilmuwan muslim yang berasal dari India. Setelah 5 hari mengadakan kajian dan penelitian ternyata para ilmuwan dari Inggris tersebut angkat tangan. Sang ilmuwan muslim tersebut mengatakan: “Kami umat Islam tahu tafsir dan makna dari fenomena ini, bahkan semenjak 1.400 tahun yang lalu!”

Maka para ilmuwan yang hadir pun tersentak dengan pernyataan tersebut, dan meminta dengan sangat untuk menunjukkan tafsir dan makna dari kejadian itu.

Sang ilmuwan muslim segera menyitir firman Allah Subhanahu wa Ta’ala : “…Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Isra`: 44)

Tidaklah suara denyutan halus tersebut melainkan lafazh jalalah (nama Allah Subhanahu wa Ta’ala) sebagaimana tampak dalam layar.

Maka keheningan dan keheranan yang luar biasa menghiasi aula di mana ilmuwan muslim tersebut berbicara.

Subhanallah, Maha suci Allah Subhanahu wa Ta’ala! Ini adalah salah satu mukjizat dari sekian banyak mukjizat agama yang haq ini! Segala sesuatu bertasbih mengagungkan nama 

Allah Subhanahu wa Ta’ala. Akhirnya orang yang bertanggung jawab terhadap penelitian ini, yaitu profesor William Brown menemui sang ilmuwan muslim untuk mendiskusikan tentang agama yang di bawa oleh seorang Nabi yang ummi (tidak bisa baca tulis) sebelum 1.400 tahun lalu tentang fenomena ini. Maka ilmuwan tersebut pun menerangkan kepadanya tentang Islam, setelah itu ia memberikan hadiah al-Qur`an dan terjemahnya kepada sang profesor.

Selang beberapa hari setelah itu, profesor William mengadakan ceramah di Universitas Carnich – Miloun, ia mengatakan: “Dalam hidupku, aku belum pernah menemukan fenomena semacam ini selama 30 tahun menekuni pekerjaan ini, dan tidak ada seorang ilmuwan pun dari mereka yang melakukan pengkajian yang sanggup menafsirkan apa makna dari fenomena ini. Begitu pula tidak pernah ditemukan kejadian alam yang bisa menafsirinya. Akan tetapi satu-satunya tafsir yang bisa kita temukan adalah dalam Al-Qur`an. Hal ini tidak memberikan pilihan lain buatku selain mengucapkan syahadatain: “Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang haq melainkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusannya!”

Seorang profesor ini telah mengumumkan Islamnya di hadapan para hadirin yang sedang terperangah.

Allahu akbar! Kemuliaan hanyalah bagi Islam, ketika seorang ilmuwan sadar dari kelalaiannya, dan mengetahui bahwa agama yang haq ini adalah Islam!

Go Ihsan - Seorang perempuan mualaf muda di Belgia, Veronique Cools, menjadikan rumahnya sebagai pusat studi agama Islam. Lewat cara tersebut, wanita itu telah berhasil membantu seribu orang di negaranya meraih hidayah Islam.

Cools sendiri mulai menjadi Muslimah di usia yang sangat muda. Ketertarikannya terhadap Islam berawal dari keinginannya untuk meneliti berbagai agama yang ada. Dalam perjalanan spiritualnya itu, Cools berkenalan dengan banyak Muslim. Sampai akhirnya, ia jatuh cinta kepada Islam.


Setelah memutuskan menjadi mualaf, Cools kemudian menjadikan rumahnya sendiri sebagai pusat pembelajaran Islam bagi orang-orang yang ingin mendalami agama samawi itu. Langkah tersebut ternyata mampu membantu banyak warga Belgia mengubah prasangka mereka terhadap Islam.
“Prasangka buruk (orang-orang Barat terhadap Islam) itu berasal dari ketidaktahuan mereka akan ajaran Islam yang benar,” kata Cools, seperti dikutip laman About Islam.

Setelah delapan tahun berjalan, pusat studi Islam yang dikelola secara swadaya oleh Cools kini memiliki lebih dari seribu anggota. Kebanyakan dari mereka adalah perempuan Belgia. “Sebagai Muslimah, saya merasa dituntut untuk menjelaskan wajah Islam yang sesungguhnya kepada masyarakat. Alhamdulillah, banyak yang akhirnya tersadarkan bahwa prasangka buruk mereka terhadap Islam selama ini ternyata keliru,” ujarnya.

Jumlah Muslim di Belgia saat ini diperkirakan mencapai 450 ribu jiwa. Angka tersebut mencapai 4,5 persen dari total penduduk negara yang berjumlah 10 juta penduduk jiwa itu. Kebanyakan Muslim yang tinggal di Belgia berasal dari Maroko. Sementara, sekira 120 ribu di antara mereka adalah keturunan Turki.

Di ibu kota Belgia, Brussels, jumlah Muslim diprediksi mencapai 20 persen dari total populasi di kota itu. Saat ini, tercatat ada 77 masjid dan mushala di Brussels. Sementara, untuk di seluruh wilayah Belgia, terdapat lebih dari 300 masjid dan mushala. [go/republika]

Go Ihsan - Emma Wei, gadis asal California, Amerika Serikat, Jumat (27/6) kemarin memutuskan memeluk Islam dengan mengucap dua kalimah syahadat yang dibimbing Ustad Drs Syaifuddin di Masjid Taqwa, Gampong Seutui, Kecamatan Baiturrahman, Banda Aceh.

Gadis keturunan Taiwan yang lahir 6 Februari 1993 ini, mendapat hidayah Allah SWT ketika dirinya sering mendengar kata-kata basmalah (ucapan pembukaan Bismillah) yang keluar dari mulut rekan-rekannya yang dia kenal di salah satu pusat kebugaran gym kawasan Neusu Aceh, Banda Aceh.

Karena penasaran, sehingga Emma Wei menanyakan makna dari kata-kata tersebut. Didampingi dua rekannya Yulizar dan Khasmuriadi alias Ade, Emma mengaku kagum ketika tahu makna kata-kata itu, ternyata mengingat sang pencipta. Pasalnya gadis yang dulunya bekerja di satu yayasan di kawasan 


Geucue Kompleks dan bergerak di bidang kepedulian terhadap anak, mulai pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya itu, pernah meyakini kepercayaan agnostik, yakni sebuah aliran yang tidak mengakui agama. Tapi, mengaku adanya tuhan.

Ia mengaku selama di Aceh, kaum muslim, terutama rekan-rekannya yang dia kenal di Radja Gym dilihat cukup sopan dan memiliki akhlak baik dan sering mengajaknya bicara, meski mereka mengetahui dirinya seorang nonmuslim.

Bahkan mereka, sebutnya bersedia membantu, bila ada hal-hal yang diperlukan dalam suatu pekerjaan atau kendalam selama berada di Aceh. Lalu, lanjutnya, kekaguman lainnya yang dirasakan Emma Wei yang kini berganti nama Annisa Humaira itu saat melihat kaum muslimin melaksanakan shalat berjamaah dan dalam lima waktu. Lalu suara azan dan pengajian merupakan lantunan yang diakui membuat hatinya tenang.

Selama berada di Aceh, Annisa mengaku sama sekali tidak takut. Hal itu dikarenakan perlakuan teman-temannya dari muslim begitu baik dan sangat menghargainya. Proses pensyahadatan yang dipandu ustad Syaifuddin. Pensyahadatan itu juga ikut disaksikan Kadis Syariat Islam (DSI) Banda Aceh, Mairul Hazami, Keuchik Gampong Seutui, Syaiful Banta SE Ak, Camat Baiturrahman, M Rizal SSTP serta unsur Muspika lainnya.(trib)


Go Ihsan-Lahir dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga penganut Kristen Lutheran di Missouri, Amerika Serikat, Kristin Szremski tidak pernah merasa puas dengan kehidupan spiritualnya. Hal itu lantas mendorongnya untuk berpindah keyakinan ke agama Katolik di usia 40 tahun.

Namun, pada 2001, perempuan itu akhirnya memilih Islam sebagai tempat berlabuh. Sejak itulah ia merasakan kebahagiaan yang sempurna dalam kehidupan ruhaninya.

Perkenalan Szremski dengan agama yang diwahyukan dari Nabi Muhammad SAW ini bermula pada 16 tahun silam. Ketika itu, dia yang masih bekerja sebagai jurnalis di salah satu surat kabar di Chicago, mendapat tugas dari kantornya untuk membuat liputan khusus tentang komunitas Arab.

“Ketika itu, saya tidak memiliki pengetahuan apa pun tentang Islam. Yang saya tahu, semua agama dan nabi yang datang setelah Yesus (Isa AS) adalah palsu,” kata Szremski membuka kisah perjalanan rohaninya, seperti dikutip Huffington Post.

Untuk memenuhi tugas liputan dari kantornya tersebut, Szremski lalu melakukan penelitian terhadap komunitas Arab di AS selama enam pekan. Dia pun mewawancarai banyak Arab Muslim. Dalam proses liputan itulah, hatinya mulai terpesona dengan ajaran Islam.

“Saya menemukan bahwa agama Islam memiliki karakteristik yang mirip dengan yang disampaikan Bibel (kitab suci umat Nasrani),” tuturnya.
Menurut Szremski, pemahamannya tentang agama Lutheran dan Katolik cukup membantunya dalam mempelajari Islam. Bahkan, pengetahuannya mengenai konteks sejarah Bibel, justru membuka pikirannya untuk mempertanyakan kembali konsep keimanan Kristiani yang ia anut.

Setelah mempelajari Islam selama 18 bulan lamanya, Szremski semakin yakin bahwa Alquran adalah firman Tuhan yang sebenarnya. Dia juga meyakini Nabi Muhammad SAW sebagai rasul yang diutus oleh Allah SWT kepada umat manusia. Meskipun demikian, saat itu dia masih belum bisa melepaskan keyakinannya mengenai ketuhanan Yesus.

“Sampai akhirnya saya membaca Surah al-Ikhlas yang menyebutkan bahwa Allah itu tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Apa yang disampaikan oleh surah tersebut benar-benar menyadarkan saya, Yesus bukan Tuhan,” ungkapnya.

Keyakinan Szremski terhadap kebenaran Islam pun semakin kuat. Pada 21 Juli 2001, dia akhirnya mengikrarkan dua kalimat syahadat, menjadi seorang Muslimah. Kisahnya pun cukup unik. 

Ketika itu, Szremski sedang berada di sebuah hotel di Washington DC untuk menghadiri rapat dengan pihak majalah tempat ia menulis. Di atas tempat tidur kamarnya, ada Alquran dalam posisi terbuka. Szremski lalu berlutut dan berdoa, meminta kepada Tuhan untuk membimbingnya kepada jalan kebenaran. 
“Tiba-tiba dari bibir saya keluar kalimat, tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad SAW adalah utusan-Nya. Kemudian, saya mengulangi lagi pernyataan tersebut dalam bahasa Arab. Sejak itu, saya sudah menjadi Muslimah,” kenangnya.

Demi menyempurnakan kewajibannya sebagai Muslimah, tahun lalu, Szremski akhirnya berangkat ke tanah suci Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Dia pun mengaku sangat gugup saat menjalani rukun Islam yang kelima tersebut.

“Haji merupakan perjalanan spiritual yang berat. Dengan segala keterbatasan fisik yang saya miliki, banyak ujian yang harus dihadapi selama berada di Makkah. Mulai dari kelelahan, kurang tidur, hingga kondisi ekstrem yang dapat memengaruhi kesehatan,” tuturnya.

Szremski mengungkapkan, tujuan perjalanan hajinya ke Makkah semata-mata untuk menemukan hubungan yang lebih dalam dengan Sang Pencipta. Ketika berada di hadapan Kabah, dia mengaku merasakan kehadiran Allah dengan cara yang ia tidak pernah rasakan sebelumnya. 

“Saya merasakan cinta yang luar biasa. Di sana (Makkah), saya bisa menyembah dan mencurahkan hati saya kepada Tuhan dengan lebih khusyuk,” akunya.
Selama berada di Makkah, Szremski bergaul dengan banyak orang dari berbagai latar belakang negara, budaya, dan ras. Ada 3 juta umat Islam yang pergi berhaji pada tahun lalu. Dia pun memetik banyak hikmah dari perjalanan suci tersebut.

“Saya suka Islam karena kemurnian, kesederhanaan, dan kebenarannya. Kaum Muslimin yang saya jumpai benar-benar pribadi yang menyenangkan, sabar, dan sangat santun,” kata perempuan berumur 54 tahun itu lagi.

Szremski kini menetap di Palo Hills, Illinois, AS. Saat ini, ia sudah berhenti bekerja sebagai jurnalis.

Go Ihsan - Seorang  mualaf   dari Jepang  bernama Taki Takazawa  ini ternyata mantan tukang tato yakuza di Jepang.  Yakuza  (やくざ atau ヤクザ) atau gokudō (極道) adalah nama dari sindikat  terorganisir di Jepang. Organisasi ini sering juga disebut mafia Jepang . Pria yang tadinya penuh tato di tubuhnya telah  melewati proses menjadi lebih baik ketika masuk ke agama Islam. Sebelumnya Takazawa bangga dengan gaya rambut dan selalu menggunakan baju  lengan pendek  sambil  memamerkan tatonya. Islam telah mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Gaya rambutnya di ubah menjadi pendek dan sekarang  ditutupi dengan sorban. Semua tato  masih ada tetapi ditutupi oleh baju lengan panjang .


Dia mengenali Islam secara tidak sengaja di wilayah Shibuya. Takazawa melihat seseorang dengan kulit dan janggut putih. Orang itu juga mengenakan baju dan serban warna putih. “Orang itu memberikan sebuah kertas dan menyuruh saya membaca kalimat tertera bersama dia,” ujarnya seperti dilaporkan oleh laman web islamicmovement.org. Setelah  mengucapkan dua kalimat syahadat Takazawa mengubah namanya menjadi Sheikh Abdullah Taqy Takazawa. Takazawa sebelum masuk agama Islam   telah mempelajari berbagai agama.
Akhirnya Takazawa menemukan jati dirinya setelah masuk agama Islam. Setelah menjadi mualaf  Takazawa melakukan dakwahnya. Takazawa melakukan haji di Makkah atas undangan dari pemerintah Arab Saudi  pada tahun 2008 . Lalu Takazawa melanjutkan studinya di Arab.  Saat studi Takazawa berdakwah tentang agama Islam dan menerima beasiswa.Setelah studinya di Arab, Takazawa diangkat menjadi Imam di sebuah masjid di daerah Kabukicho,Tokyo. Nama Takazawa menjadi terkenal dan dia menjadi seorang di antara lima imam Masjid besar di Jepang.  (Era)

Go Ihsan - Bila Allah Subhanahu Wa Ta’ala menghendaki, Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan membuka hati seseorang untuk berlapang dada menerima Islam. Dan tak ada yang dapat menghalangi Kehendak Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Hidayah Islam telah menyapa seorang wanita yang memiliki pekerjaan sebagai perwira polisi Amerika Serikat (AS) di Detroit. Dalam sebuah wawancara di Youtube pada September 2011, ia menceritakan bagaimana ia memeluk Islam. Berikut adalah singkat cerita tentangnya yang diterjemahkan dari transkrip Onislam.

Assalamu’alaykum, Namaku Raquel. Aku masuk Islam sepekan yang lalu. Aku adalah seorang perwira polisi di kota Detroit. Aku bekerja di sana dari 1996 hingga 2004, dan aku ditembak pada tahun 2002. Aku ditembak ketika sedang bekerja pada pekerjaan itu. Aku hampir meninggal dan aku tahu bahwa aku memiliki sebuah awal baru dan sebuah hidup baru. Aku agaknya tidak tahu bagaimana untuk mengikuti Tuhan. Aku hanya tidak tahu agama apa untuk diyakini hingga aku bertemu beberapa teman Muslim yang benar-benar berbicara padaku dan menjelaskan banyak hal kepadaku. Hal itu sangat mengubah hidupku dan aku tidak takut mati lagi. Satu-satunya hal adalah kita untuk takut kepada Allah dan kita tidak pernah tahu kapan hari berikutnya bagi kita, jadi lebih baik kita mengatakan Syahadat sekarang dan memiliki iman itu, karena hanya ada satu Tuhan, dan aku tahu itu.

Aku benar-benar hampir mati, dan jika aku telah mati pada hari itu, aku tidak tahu apakah aku akan pergi ke Neraka atau tidak. Tetapi sekarang, aku telah memiliki kepercayaan diri dan kedamaian serta kebahagaian yang aku tahu kemana aku akan pergi jika sesuatu terjadi padaku hari ini. Sebelum aku menjadi Muslim, aku benar-benar tidak memiliki pendapat yang kuat sejauh ini tentang umat Islam. 

Aku bukan seorang yang pro-Muslim atau anti-Muslim atau apapun semacamnya. Aku selalu menjadi tipe orang yang seperti itu, aku benar-benar open-minded (berpikiran terbuka). Dan itu adalah satu hal yang sangat berbeda tentangku dari keluargaku, bahwa aku sangat open-minded dan aku menghormati orang-orang atas apa yang mereka yakini.

Aku sebenarnya marah dalam pekerjaanku sebagai seorang polisi karena orang-orang menyerang Muslim di Detroit atas kesalahan yang tidak ada alasannya sama sekali, terutama setelah serangan 9/11. Dan itu sangat menyakiti hatiku untuk melihat semua ini dan benar-benar setelah itu aku menjadi sangat tertarik dengan keyakinan Islam setelah 9/11 karena aku sangat terganggu oleh hal-hal yang aku lihat sebagai petugas polisi di jalanan.

Menjadi Seorang Muslim Baru di Las Vegas

Raquel yang kemudian tinggal di Las Vegas sebagai seorang Muslim yang baru, berusaha untuk mempelajari Islam lebih dalam dan berusaha menunjukkan sikap baik seorang Muslim.

Aku di sini di Las Vegas di Masjid ku dan aku memberikan beberapa pakaian kepada orang-orang yang membutuhkan. Apa yang kita lakukan adalah hanya meninggalkannya di atas meja untuk mereka dan mereka datang serta berharap mereka dapat mendapatkan sesuatu yang mereka sukai. Jadi aku hanya pergi untuk meninggalkan pakaian-pakaian untuk lingkungan sekitar dan mereka dapat mengambil apa yang mereka butuhkan, dan berharap ada beberapa sweater yang bagus di sini yang mereka dapat gunakan karena di Vegas cukup dingin.

Sebagai seorang wanita yang baru saja menjadi Muslimah sepekan (ketika itu), Raquel masih belum lancar mengucapkan do’a-do’a atau surat yang harus ia baca ketika shalat. Sehingga ia membaca dari kertas apa-apa yang harus ia baca (yang telah ia salin ke dalam tulisan latin) ketika shalat. Ia hanya belajar melalui internet dengan mendengarkan audio, kemudian ia mencari kalimat yang bertuliskan latin dan terjemahan bahasa inggris.

Aku tahu bagi beberapa orang mungkin berkecil hati untuk belajar bahasa baru. Pada dasarnya ini adalah sebuah budaya. Ini (Islam) bukan hanya sekedar agama, ini adalah jalan hidup. Bagiku, ini tidak menakutkan. Hanya saja bahwa aku ingin belajar lebih cepat dan aku ingin bisa melakukannya sendiri. Tetapi sulit karena aku di rumah sendiri dan aku belajar hampir semuanya melalui internet, bahkan bagaimana aku mengikat (memakai) kerudungku dan segalanya. Aku harus belajar semuanya sendiri. Tetapi ini telah menjadi pengalaman sangat indah dan ada banyak kedamaian padanya dan banyak kebahagiaan yang kalian tidak pernah pelajari dan mendapatkannya. ini adalah sebuah pengalaman yang luar biasa!

Aku sepenuhnya tahu bahwa aku melakukan hal yang benar. Aku telah mempertimbangkannya selama dua tahun. Aku memiliki banyak teologi dan pengetahuan tetapi aku belum pernah mengalaminya. Akut tidak pernah pergi ke sebuah Masjid dan tidak juga berpengalaman, tetapi aku memiliki banyak teman Muslim dan bahkan aku memilik seorang teman kerja Muslima di pasukan kepolisian yang menjelaskan (tentang Islam) banyak kepadaku.


Dalam video itu, Raquel melakukan sholat dengan membaca bacaan-bacaan sholat dengan masih terbata-bata, namun ia terlihat menikmatinya.

Ketika aku sholat, meskipun aku tidak begitu mengerti do’a-do’a itu, apa yang aku lakukan ada di internet, aku mengetahui beberapa situs di mana setelah ada bahasa Arabnya, aku akan mendapatkannya dalam bahasa Inggris (tulisan latin) juga. Jadi aku akan membacanya dalam versi Inggris (maksudnya dalam tulisan latin -red) dan ini begitu kuat dan aku merasa dilindungi, dan aku tahu bahwa di dunia ini tidak ada yang harus aku takutkan kecuali Allah. Sangat menyenangkan. Ini baru dalam hidupku dan aku baru saja mengenal kedamaian dan sebuah kebahagiaan baru yang datang padaku.

Hal yang paling utama yang aku sukai tentang Islam adalah aku benar-benar tertutup (menutup tubuh), aku lakukan. Jujur saja aku benar-benar menikmatinya, terutama di sini di Las Vegas karena para pria melihat kepada wanita dengan sangat menyeramkan dan aku benar-benar merasa aman. Satu hal lainnya yang aku suka adalah bahwa aku belajar banyak. Aku belajar banyak dan aku senang belajar. Dan aku selalu yakin bahwa kehidupan adalah sebuah pengalaman belajar. Dan aku sangat mencintai tentang ini (Islam), aku belajar sesuatu yang baru setiap hari.(Km)


Go Ihsan - Linda (Widad) Delgado, terlahir sebagai seorang Kristiani dan sejak usia 9 tahun sudah rajin membaca Alkitab. Namun itu tidak menjadikannya percaya begitu saja pada agama Kristen yang dianutnya, oleh sebab itu sampai usia 52 tahun, Linda terus terus melakukan pencarian untuk menemukan kebenaran sejati tentang Tuhan.

Selama puluhan tahun, Linda yang tidak pernah menjadi anggota jamaah salah satu gereja, mempelajari ajaran agama Katolik, Protestan, Mormon, Yehovah sampai agama Yahudi. Namun Linda masih belum bisa menerima ajaran-ajaran agama tersebut.
“Hati saya berkata bahwa Yesus bukan Tuhan tapi hanya seorang nabi. Hati kecil saya berkata, Adam dan Hawa bertanggung jawab atas dosa-dosa mereka sendiri, dan bukan saya. Hati kecil saya berkata, saya selayaknya berdoa pada Tuhan dan bukan pada yang lain. Akal saya mengatakan juga bahwa saya harus bertanggung jawab atas perbuatan baik dan perbuatan buruk yang saya lakukan,” tutur Linda.

Linda yang bekerja sebagai polisi di Arizona, AS mengaku selama itu pula ia tidak pernah berkomunikasi dengan Muslim. Ia, seperti kebanyakan orang Barat, terlalu banyak membaca pemberitaan di media massa tentang agama Islam, yang disebut-sebut sebagai agama yang dianut para teroris fanatik.
“Itulah sebabnya, saya tidak pernah mencoba mencari buku-buku atau informasi tentang Islam. Saya tidak tahu apapun tentang agama ini,” kata Linda.
Awal Perjalanan

Pada usia 52 tahun, Linda dan suaminya yang juga polisi, pensiun dari dinas kepolisian tepatnya pada tahun 2000. Saat itulah ia bertemu seorang penerbang yang minta tolong mencarikan rumah bagi sejumlah polisi asal Arab Saudi yang sedang berada di AS dalam rangka belajar bahasa Inggris dan tugas belajar di akademi kepolisian di Arizona. Para polisi Arab Saudi itu berharap bisa tinggal dengan keluarga Amerika agar mereka bisa mempraktekkan bahasa Inggris dan belajar tentang budaya masyarakat Amerika.
Saat itu, Linda dan suaminya tinggal tidak jauh dengan puteranya yang menjadi orang tua tunggal untuk seorang puterinya. Setelah berdiskusi dengan suaminya, Linda menyatakan bersedia membantu para polisi Arab Saudi itu. Saat itu ia berpikir, ini akan menjadi kesempatan untuk cucu perempuannya belajar tentang orang-orang dari negara lain. Tapi Linda mengaku agak khawatir saat diberitahu bahwa polisi-polisi Saudi itu beragama Islam.
Kemudian seorang penerjemah dari Universitas Arizona mengenalkan anak muda dan tidak bisa berbahasa Inggris. Namanya Abdul. Dialah polisi Saudi yang akan tinggal bersama keluarga Linda. Keluarga Linda cepat akrab dan menyukai Abdul karena perilaku Abdul yang santun.
“Abdul mengatakan, bahwa saya adalah non-Muslim pertama yang pernah diajarkannya tentang Islam,” ujar Linda.
Setelah Abdul, kemudian datang Fahd. Usia Fahd lebih muda dan sangat pemalu. Selain menjadi tutor, Linda, Abdul dan Fahd berdiskusi tentang banyak hal, mulai dari pekerjaan sebagai polisi, tentang AS, tentang Arab Saudi dan tentang Islam. Linda mengamati bagaimana Abdul dan Fahd serta 16 anggota polisi Saudi lainnya yang sedang belajar di AS itu saling membantu satu sama lain. Dan Linda mengaku kagum pada Fahd dan Abdul yang sama sekali tidak terpengaruh dengan budaya Amerika meski mereka sudah satu tahun tinggal di AS.
“Mereka pergi ke masjid setiap hari Jumat, mereka tetap salat meski mereka sangat lelah dan mereka selalu hati-hati dengan apa yang mereka makan. Mereka menunjukkan pada saya bagaimana memasak beberapa masakan tradisional Arab Saudi, mengajak saya ke restoran dan pasar warga Arab. Mereka juga sangat baik pada cucu saya, memberikannya banyak hadiah, lelucon dan persahatan,” ungkap Linda.
Suatu hari, Linda menanyakan pada mereka apakah punya al-Quran lebih, karena Linda ingin membaca apa sebenarnya isi al-Quran. Fahd dan Abdul lalu menghubungi kedutaan besar Saudi di Washington DC dan minta dikirimkan al-Quran dengan terjemahan bahasa Inggris agar bisa dibaca Linda. Setelah itu, Linda sering bertanya tentang Islam pada dua polisi muda Saudi itu.
Dalam satu kesempatan, salah seorang polisi Saudi meminta istrinya datang dan tinggal di AS. Linda diundang ke rumah mereka dan disana Linda banyak bertanya pada istri polisi tadi tentang busana muslim, wudhu dan banyak hal tentang Islam.
Seminggu sebelum “anak-anak angkat” Linda kembali ke Arab Saudi, ia mengadakan makan malam bersama seluruh keluarga. Linda sengaja membeli jilbab dan baju abaya untuk dikenakan saat malam itu. Linda ingin “anak-anak angkat”nya mengingatnya sebagai saudara perempuan yang mengenakan busana muslimah yang baik.
Sebelum mereka makan malam itu, Linda memutuskan untuk mengucapkan syahadat. Kedua polisi muda itu sangat terharu. Mereka menangis sekaligus tersenyum bahagia melihat Linda menjadi seorang Muslimah.
“Dalam hati saya percaya bahwa Allah telah mengirim kedua anak itu pada saya untuk menjawab doa-doa saya selama puluhan tahun. Saya percaya Dia telah memilih saya untuk melihat kebenaran dan cahaya Islam. Saya percaya Allah telah mengirimkan Islam ke rumah saya. Saya bersyukur Allah telah melimpahkan kasih sayang dan cintaNya pada saya,” tutur Linda tentang keislamannya.
Menjadi Seorang Muslimah

Setelah “anak-anak angkat”nya kembali ke Saudi, Linda secara resmi mendaftarkan dirinya sebagai seorang Muslim dan bergabung dengan sebuah masjid lokal. Linda mengakui, keluarga besarnya masih terkaget-kaget dengan keputusannya memeluk Islam. Mereka berpikir Linda tidak akan lama menjadi seorang Muslim dan dengan cepat akan segera berpindah ke agama lain seperti yang ia lakukan saat masa mudanya dulu.
Beruntung suami Linda orang yang sangat terbuka. Ketika Linda mengatakan bahwa mulai sekarang mereka harus makan makanan halal dan meninggalkan makanan yang diharamkan Islam, suaminya hanya menjawab “okay”. Linda juga mulai menyingkirkan foto-foto manusia dan gambar binatang yang dipajang di rumahnya. Linda tidak lupa menulis surat pada teman-teman dan keluarganya yang non-Muslim, mengabarkan bahwa sekarang ia menjadi seorang Muslim dan itu tidak akan mengubah hubungan mereka.
Sambil terus menjelaskan tentang rukun Islam pada keluarganya, Linda juga belajar salat dan membaca al-Quran, aktif dalam kegiatan Muslimah dan banyak menambah wawasan tentang Islam lewat internet. Lewat internet pula Linda bertemu dengan seorang Muslimah asal Kuwait yang mengiriminya paket berisi jilbab, kaos kaki dan abaya. Sahabatnya itu mengucapkan selamat atas keputusannya menjadi seorang Muslim.
Linda bukannya tidak menghadapi kesulitan beradaptasi dengan sesama Muslimah yang ia jumpai. Dari beberapa masjid yang ia kunjungi, Linda memahami bahwa kelompok-kelompok Muslim di sebuah masjid berkumpul biasanya karena persamaan budaya dan bahasa. Linda pernah merasa menjadi “orang asing” di tengah Muslim yang tidak terlalu mempedulikan kehadirannya. Namun Linda lebih banyak menemukan Muslim yang terbuka, hangat dan siap membantunya untuk belajar Islam.
Sampai sekarang, Linda masih terus belajar dan belajar. Ia kini mengelola situsnya www.widad-lld.com dan menjadi direktur untuk Islamic Writers Alliance. (EraM)


Go Ihsan -  Jika Anda termasuk orang yang gemar menonton acara TV 'Discovery Chanel', pasti mengenal sosok Mr. Jacques Yves Costeau. Ia adalah seorang ahli oceanografer dan ahli selam terkemuka asal Prancis.

Orang tua berambut putih ini sepanjang hidupnya menyelam ke berbagai dasar samudera di seantero dunia dan membuat film dokumenter tentang keindahan alam dasar laut untuk ditonton oleh seluruh dunia.

Pada suatu hari ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba Jacques Yves Costeau menemukan beberapa kumpulan mata air tawar segar yang sangat sedap rasanya karena tidak bercampur dengan air laut yang asin di sekelilingnya. Seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya.

Fenomena ganjil itu membuat bingung Mr. Costeau dan mendorongnya untuk mencari tahu penyebab terpisahnya air tawar dari air asin di tengah-tengah lautan. Ia mulai berpikir, jangan-jangan itu hanya halusinasi atau khalayan sewaktu menyelam.


Waktu pun terus berlalu setelah kejadian tersebut, namun ia tak kunjung mendapatkan jawaban yang memuaskan tentang fenomena ganjil tersebut. Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor muslim, kemudian ia pun menceritakan fenomena ganjil itu.

Profesor itu teringat pada ayat Alquran tentang bertemunya dua lautan (surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez. Ayat itu berbunyi “Marajal bahraini yaltaqiyaan, bainahumaa barzakhun laayabghiyaan…” Artinya: “Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.”
Kemudian dibacakan pula surat Al Furqan ayat 53, yang berbunyi: “Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (Q.S Al-Furqan: 53)

Selain itu, dalam beberapa kitab tafsir, ayat tentang bertemunya dua lautan tapi tak bercampur airnya diartikan sebagai lokasi muara sungai, di mana terjadi pertemuan antara air tawar dari sungai dan air asin dari laut.

Namun tafsir itu tidak menjelaskan ayat berikutnya dari surat Ar-Rahman ayat 22 yang berbunyi“Yakhruju minhuma lu’lu`u wal marjaan” Artinya, “Dari keduanya keluar mutiara dan marjan.”Padahal di muara sungai tidak ditemukan mutiara.

Terpesonalah Mr. Costeau mendengar ayat-ayat Alquran itu, melebihi kekagumannya melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan yang dalam. Ia pun berpikir, Alquran ini mustahil disusun oleh Muhammad yang hidup di abad ke tujuh, suatu zaman saat belum ada peralatan selam yang canggih untuk mencapai lokasi yang jauh terpencil di kedalaman samudera.

Benar-benar suatu mukjizat, berita tentang fenomena ganjil 14 abad yang silam akhirnya terbukti pada abad 20. Mr. Costeau pun berkata bahwa Alquran memang sesungguhnya kitab suci yang berisi firman Allah, yang seluruh kandungannya mutlak benar. Dengan seketika dia pun memeluk Islam.
(Sumber: kisahmuallaf.com)


Go Ihsan - Pada awalnya, saya membaca Alquran seolah-olah itu adalah buku biasa. Seiring waktu, saya mulai...

Dream - Dosen Studi Arab Klasik memutuskan masuk Islam setelah mempelajari dan menerjemahkan Alquran ke dalam bahasa Bulgaria.

Prof Dr Svetan Teofanov, yang bekerja di Departemen Sastra Arab Klasik di Universitas Sofia, adalah dosen yang mengajar Alquran beserta tafsirnya.

Hingga saat ini, Teofanov telah menulis dan menerbitkan beberapa buku, termasuk buku tafsir Alquran. Teofanov menyelesaikan pendidikan doktor spesialisasinya di Pusat Kajian Islam Oxford (Oxford Centre for Islamic Studies) serta doktor kedua di Institut Studi Oriental Moskow (Moscow Oriental Studies Institute).

Sebagai bagian dari pekerjaan spesialisasinya, beberapa tahun silam Teofanov mendapat perintah dari perusahaan penerbitan milik negara untuk menerjemahkan Alquran. Saat itu Bulgaria masih menjadi negara sosialis.

"Alih-alih melayani kepentingan umat Islam, proyek tersebut adalah bentuk keprihatinan kami terhadap kebijakan asimilasi di Turki," kata Teofanov.

Tak lama setelah proyek dimulai, ada transisi demokrasi pada 1989 dan perusahaan penerbitan negara pun bangkrut. Sehingga terjemahan Alquran Bahasa Bulgaria tidak jadi diterbitkan pada tahun itu.

"Tapi saya terus bekerja pada proyek penerjemahan kitab suci Alquran itu. Sejak itulah hidup saya berubah. Saya mulai lebih memahami kitab mulia itu dan menginginkannya dalam hati," katanya.
Teofanov yang terus fokus mengajar Bahasa Arab di universitas mengatakan bahwa Alquran telah membuka banyak pintu untuknya.

"Pada awalnya, saya membaca Alquran seolah-olah itu adalah buku biasa. Seiring waktu, saya mulai memahami Alquran dengan makna yang lebih dalam dari yang tertulis dalam teks."

Di perguruan tinggi, Teofanov membaca tafsir Alquran dan maknanya, dan mulai merasakan ketulusan Alquran setelah menyelesaikan terjemahan yang sebenarnya.

"Saya sudah terlalu lama sibuk menentang Alquran tetapi pada akhirnya saya menerima Islam dan saya sekarang seorang Muslim."

Teofanov pun terus meneliti, menerjemahkan dan menerbitkan buku-buku tentang sastra Arab.
"Pada awalnya saya menerjemahkan puisi Arab yang bersifat animisme. Saya belajar sastra Arab abad pertengahan. Kami juga memiliki sebuah buku yang baru diterbitkan, yang disebut "The Phenomenology of the Prophet" (Fenomenologi Nabi)," katanya.

Menurut Teofanov, buku karyanya itu didasarkan pada Alkitab kuno dan berisi penelitian tentang efek dari tokoh agama penting di Timur Tengah.(Dream)


Go Ihsan - Semasa remaja, pemilik nama lengkap Rhonda Cowell-Bari ini punya beberapa pengalaman yang agak menakutkan. Hal serupa barangkali juga kerap menimpa tak sedikit orang seusianya.

Saat itu dia berumur sekitar 12 tahun. Rhonda berada di titik nadir dan kehampaaan dalam hidupnya. Ia sadar kondisi sekelilingnya tapi dia merasa seperti berada di tempat lain.
Perempuan kelahiran utara Wellington, Selandia Baru, itu terus ditarik masuk ke “dunia lain” tersebut. Rhonda tidak dapat kembali. Dia juga tidak bisa berteriak minta tolong. Perempuan itu hanya bisa menangis. “Ya Tuhan, bantu saya!”
Semenjak sering mengalami peristiwa itu, dia meyakini adanya kekuatan yang lebih besar di luar dirinya. Atmosfer keagamaan Cowell-Bari yang menaunginya begitu kental sejak kecil tak mampu membendung arus itu.
Anak bungsu dari lima bersaudara ini lahir dari keluarga besar penganut Kristen. Seperti kebiasaan keluarga Kristen pada umumnya, ia terbiasa bangun pa gi-pagi tiap akhir pekan. Bersama kakak- kakaknya, mereka pergi ke sekolah Minggu kendati orang tuanya tidak memberi keteladanan.
Lima bersaudara itu pergi ke sekolah Minggu, sementara ibu dan ayahnya tidur di rumah. “Saya berharap saudara-saudara saya tidak keberatan kalau saya mengatakan ini. Kami memanfaatkan sekolah Minggu untuk mencari uang sedekah, kemudian menggunakannya untuk jalan-jalan dan bermain di kolam renang,” aku Cowell- Bari, seperti dikutip dari onislam.net.
Rhonda memiliki pendidikan cukup baik. Ia berada di kelompok paduan suara sekolah. Ia juga telah dibaptis– suatu hal yang dulunya dia anggap wajar dalam fase hidup manusia. Orang tua sekadar melakukan tugas mereka.
Mereka berharap telah menempatkan anak-anaknya di jalan yang benar. Namun, dia merasa rutinitas itu berlalu begitu saja, kian hampa. Perempuan yang gemar melancong ini pun masih bertahan dalam kekristenan sampai usia 20-an.
Sempat ketika dia berumur 17 tahun, Cowell-Bari mencicipi Buddhisme. Dia mempelajarinya bersama beberapa teman waktu itu. Itu kali pertama dia menjajal agama lain di luar Kristen.
Rhonda melihat Buddhisme sebagai ben tuk keekstreman selain agama yang selama ini dia anut, Kristen. Jadi, dia mulai meninggalkan Kristen dan mengikuti Buddhisme. Beberapa waktu bertahan menganut ajaran Buddha, Cowell-Bari tak puas. Pada kali kedua, dia pindah lagi ke agama Hindu.
Menemukan Islam Selepas remaja, Cowell-Bari pindah ke Inggris. Selama berada di sana, dia mulai mengikuti kursus perbandingan agama. Dia menjajal semua agama yang ada. Tak terkecuali Hindu, Buddha, dan berbagai aliran kepercayaan sejenis dari India. Islam diperkenalkan pada akhir jam kursus.
Memasuki pengujung musim kursus, saat itulah kebenaran satu per satu dihadapkan ke depan matanya. “Saya punya teman asal Australia. Dia baru saja kembali dari Palestina atau Israel. Teman saya memiliki beberapa buku yang dia dapatkan di sana,” tutur Rhonda.
Salah satu bukunya berjudul The Arab Israeli Question yang membahas konflik Arab-Israel dari sisi politik. Rhonda meminjam beberapa bukunya dan mulai membaca tentang Islam.


Diberdayakan oleh Blogger.